Pendakian ‘3019meter di atas permukaan laut’ Sunda Kelapa

oiya waktu itu nulis artikel cerita hiking pangrango, alhamdulillah udah di edit edit sama yang ikut hiking yang lain dan udah kita kirim ke redaksi buletin doakan semoga bisa terbit di buletin 85 ya supaya pramuka sekolah lebih di perhatiin sekolah, hehe





Pendakian ‘3019meter di atas permukaan laut’ Sunda Kelapa



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhysh5DtNKwF-N757C7pHeBjcb_neSbUo2BsA_6uyCYksfZ0pWYrDEOd5dOB8wzk3WCPLl4_gd7hnIjBRDm6WKr6eNlqVMh4LXDmrwANwtLedrew-Nhls-eJ3nul-h7bAQjnAIKYEWmS_ag/s400/160620121509.jpg
ngeliat pemandangan puncak gunung salak, sun set dari atas pangrango


Tanggal 15, 16, 17 Juni 2012 yang lalu, beberapa anggota pramuka Sunda Kelapa melakukan kegiatan hiking Gunung Pangrango, cibodas, Jawa Barat. Kegiatan ini diikuti oleh 9 orang, Pandini, Giffari, Amalia, Nadiah, Ummay, Wildan, Rizaldi, Ka Gamal, dan Ka Endri.
Tanggal 15 juni pagi, kami berkumpul di salah satu minimarket di kawasan bango. Dari sana kami menaiki angkutan umum dan dilanjutkan dengan menumpang koantas bima jurusan kampong rambutan. Dari terminal kampong rambutan kami pun menumpang bis antar kota menuju Bandung.
Perjalanan memakan waktu cukup lama sampai akhirnya kita tiba di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Sekitar pukul 14:00 kami merampungkan administrasi. Tujuan awal kami yaitu gunung pangrango sedikit tidak di percayakan oleh petugas TNGGP karena kita masih pemula. Mendapat izin pendakian gunung gede yang lebih rendah ketinggiannya, kami meng’iya’kan saja.
Setelah mengisi perut dan mengecek barang bawaan, kami pun berdoa bersama lalu memulai pendakian. 
Awal perjalanan kami dimulai dengan jalan bebatuan yang disusun seperti tangga. Kami pun terus berjalan memasuki hutan belantara disertai dengan langit yang semakin gelap. Temaram senter pun memandu perjalanan kami diiringi dengan cahaya kunang kunang yang bersinar. Sampai di aliran sungai kami memutuskan untuk break sebentar sembari melihat telaga yang dapat berubah warna.
Perjalanan kami lanjutkan menuju shelter 2. Sesampainya disana kami mengambil air di sungai sembari wudhu untuk melaksanakan ibadah sholat maghrib. Selesai sholat kami memasak ubi bakar cilembu dan membuat coklat hangat. Menikmati ubi dan minuman hangat dalam tawa dan kebersamaan sungguh ampuh melawan dinginnya kaki gunung ini. Selesai menggajal perut kami pun melanjutkan perjalanan. Waktu semakin malam, kami memutuskan untuk mendirkan tenda. Lalu kami memasak sop dan teh di dalam tenda. Selesai makan kami pun tidur karena masih harus melajutkan 2/3 pendakian keesokan harinya.
Hari kedua, 16 juni. Kicauan burung membangunkan kami. Hari masih gelap dan dingin. Kami pun membuat susu hangat untuk menghangatkan tubuh. Setelah itu kami masak dan sarapan lalu packing barang barang untuk melanjutkan pendakian.
Di hari kedua ini kami melewati perjalanan yang cukup panjang dan mengasyikkan sampai puncak. Jalan bebatuan, pohon tumbang yang melintang,  tanjakan terjal yang membuat kami harus berpegangan pada akar akar pohon, dan yang paling seru ialah saat melewati air terjun air panas. Di sini kami sangat berhati hati dalam mengambil langkah. Berpegangan pada tali yang di sediakan, satu persatu kami menginjakkan kaki pada batu agar tidak tercebur ke air panas yang sampai berasap itu. Alhamdulillah, kami pun melewati air panas itu dengan selamat tanpa ada kejadian apapun yang tidak diinginkan. Kami pun beristirahat sejenak sambil menikmati nasi uduk dan berfoto.
Perjalanan kami lanjutkan menuju puncak. Sambil bernyanyi dan bercanda beberapa diantara kami malah sibuk bertanya ‘masih jauh ga?’. Dan hanya ada satu jawaban atas semua itu, ‘ngga kok tinggal dua belokan lagi’. Kami, pendaki pendaki polos ini pun makin semangat menuju puncak. Benar masih dua belokan lagi, dan hanya ada dua belokan di dunia ini, kanan dan kiri.
Makin ke puncak, perjalanan terasa semakin berat. Berulang kali kami berhenti, kami rukuk dan istighfar dalam hati untuk mengatur nafas dan detak jantung. Setelah itu perjalanan kami lanjutkan hingga shelter selanjutnya yaitu kandang badak. Disini perjalanan tinggal ¼ lagi menuju puncak. Setelah mengisi air kami bergegas kembali.
Sekitar pukul 2 siang kami menghentikan perjalanan untuk makan siang. Ternyata makan membuat kami semakin semangat. Sore hari menjelang maghrib kami tiba di puncak gunung pangrango. Sinar mentari yang mulai kembali ke peradabannya menyambut kedatangan kami. Setibanya di puncak kami pun tak kuasa menahan decak kagum atas keindahan pemandangan di atas sana. Bersama sama kami menundukkan kepala di atas ketinggian 3019mdpl, sujud syukur kami tunaikan atas kekaguman pada Ilahi.
Di puncak ini kami bisa melihat puncak gunung gede, putri, dan gunung salak. Kami pun segera mendirikan tenda karena dingin sudah mulai datang. Di dalam tenda, seperti biasa kami membuat susu hangat dan memasak dalam tenda untuk mengatur suhu dalam tenda. Tenda pun hangat, setelah itu kami makan dan bersenda gurau. Lalu kami semua terlelap di atas ketinggian 3019mdpl.
17 juni 2012,  puncak pangrango. Pagi pagi kami semua terbangun. Beberapa di antara kami dengan semangat nya keluar tenda untuk melihat keindahan sunrise, sementara yang masih kedinginan lebih memilih untuk mengahangatkan tubuh dalam tenda.
Sang mentari mulai meninggi. Di puncak gunung ini kami memilih makanan yang istimewa. Kami sepakat untuk memasak spaghetti sesuai rencana awal. Sedang nikmat nikmatnya menyantap spaghetti, 6 orang pendaki lain sampai di puncak juga. Beberapa dari kami mengobrol, dan diajak ke padang edelweiss. Kami sepakat untuk kesana setelah makan.
Kami pun berlarian menuruni puncak. Tidak sampai 10 menit kami tiba di tengah lembah di sebuah padang edelweiss. Edelweiss, bunga cantik yang abadi ini dilindungi di puncak pangrango. Sebab ia hanya tumbuh di ketinggian tertentu saja. Selain itu serbuk edelweiss hanya akan tumbuh pada lumut tertentu pula. Itulah mengapa di pangrango ini para pendaki dilarang memetik edelweiss. Selain itu kami pendaki juga dilarang membuat api unggun karena bisa menyebabkan kebakaran pada padang edelweiss ini.
Sambil melihat indahnya pemandangan, kami menikmati buah arbei yang kami petik. Setelah berfoto, kami packing untuk kembali menuruni puncak. 
Kami puas menikmati indahnya ketinggian 3019mdpl dan bersyukur di beri kesempatan dan keselamatan hingga kami dapat bermalam di puncak pangrango.

Comments

Popular posts from this blog

Menulis Judul Sesuai EYD (Ejaan yang Disempurnakan)

Cerita dari Merbabu

Ciri-Ciri Sel Darah