Pendakian ‘3019meter di atas permukaan laut’ Sunda Kelapa
oiya waktu itu nulis artikel cerita hiking pangrango, alhamdulillah udah di edit edit sama yang ikut hiking yang lain dan udah kita kirim ke redaksi buletin doakan semoga bisa terbit di buletin 85 ya supaya pramuka sekolah lebih di perhatiin sekolah, hehe
Pendakian ‘3019meter
di atas permukaan laut’ Sunda Kelapa
Tanggal 15, 16, 17
Juni 2012 yang lalu, beberapa anggota pramuka Sunda Kelapa melakukan kegiatan
hiking Gunung Pangrango, cibodas, Jawa Barat. Kegiatan ini diikuti oleh 9
orang, Pandini, Giffari, Amalia, Nadiah, Ummay, Wildan, Rizaldi, Ka Gamal, dan
Ka Endri.
Tanggal 15 juni
pagi, kami berkumpul di salah satu minimarket di kawasan bango. Dari sana kami
menaiki angkutan umum dan dilanjutkan dengan menumpang koantas bima jurusan
kampong rambutan. Dari terminal kampong rambutan kami pun menumpang bis antar
kota menuju Bandung.
Perjalanan memakan
waktu cukup lama sampai akhirnya kita tiba di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGGP). Sekitar pukul 14:00 kami merampungkan administrasi. Tujuan
awal kami yaitu gunung pangrango sedikit tidak di percayakan oleh petugas TNGGP
karena kita masih pemula. Mendapat izin pendakian gunung gede yang lebih rendah
ketinggiannya, kami meng’iya’kan saja.
Setelah mengisi
perut dan mengecek barang bawaan, kami pun berdoa bersama lalu memulai
pendakian.
Awal perjalanan kami
dimulai dengan jalan bebatuan yang disusun seperti tangga. Kami pun terus
berjalan memasuki hutan belantara disertai dengan langit yang semakin gelap.
Temaram senter pun memandu perjalanan kami diiringi dengan cahaya kunang kunang
yang bersinar. Sampai di aliran sungai kami memutuskan untuk break sebentar
sembari melihat telaga yang dapat berubah warna.
Perjalanan kami
lanjutkan menuju shelter 2. Sesampainya disana kami mengambil air di sungai
sembari wudhu untuk melaksanakan ibadah sholat maghrib. Selesai sholat kami
memasak ubi bakar cilembu dan membuat coklat hangat. Menikmati ubi dan minuman
hangat dalam tawa dan kebersamaan sungguh ampuh melawan dinginnya kaki gunung
ini. Selesai menggajal perut kami pun melanjutkan perjalanan. Waktu semakin
malam, kami memutuskan untuk mendirkan tenda. Lalu kami memasak sop dan teh di
dalam tenda. Selesai makan kami pun tidur karena masih harus melajutkan 2/3
pendakian keesokan harinya.
Hari kedua, 16 juni.
Kicauan burung membangunkan kami. Hari masih gelap dan dingin. Kami pun membuat
susu hangat untuk menghangatkan tubuh. Setelah itu kami masak dan sarapan lalu
packing barang barang untuk melanjutkan pendakian.
Di hari kedua ini
kami melewati perjalanan yang cukup panjang dan mengasyikkan sampai puncak.
Jalan bebatuan, pohon tumbang yang melintang, tanjakan terjal yang
membuat kami harus berpegangan pada akar akar pohon, dan yang paling seru ialah
saat melewati air terjun air panas. Di sini kami sangat berhati hati dalam
mengambil langkah. Berpegangan pada tali yang di sediakan, satu persatu kami
menginjakkan kaki pada batu agar tidak tercebur ke air panas yang sampai
berasap itu. Alhamdulillah, kami pun melewati air panas itu dengan selamat
tanpa ada kejadian apapun yang tidak diinginkan. Kami pun beristirahat sejenak
sambil menikmati nasi uduk dan berfoto.
Perjalanan kami
lanjutkan menuju puncak. Sambil bernyanyi dan bercanda beberapa diantara kami
malah sibuk bertanya ‘masih jauh ga?’. Dan hanya ada satu jawaban atas semua
itu, ‘ngga kok tinggal dua belokan lagi’. Kami, pendaki pendaki polos ini pun
makin semangat menuju puncak. Benar masih dua belokan lagi, dan hanya ada dua
belokan di dunia ini, kanan dan kiri.
Makin ke puncak,
perjalanan terasa semakin berat. Berulang kali kami berhenti, kami rukuk dan
istighfar dalam hati untuk mengatur nafas dan detak jantung. Setelah itu
perjalanan kami lanjutkan hingga shelter selanjutnya yaitu kandang badak.
Disini perjalanan tinggal ¼ lagi menuju puncak. Setelah mengisi air kami
bergegas kembali.
Sekitar pukul 2
siang kami menghentikan perjalanan untuk makan siang. Ternyata makan membuat
kami semakin semangat. Sore hari menjelang maghrib kami tiba di puncak gunung
pangrango. Sinar mentari yang mulai kembali ke peradabannya menyambut
kedatangan kami. Setibanya di puncak kami pun tak kuasa menahan decak kagum
atas keindahan pemandangan di atas sana. Bersama sama kami menundukkan kepala
di atas ketinggian 3019mdpl, sujud syukur kami tunaikan atas kekaguman pada
Ilahi.
Di puncak ini kami
bisa melihat puncak gunung gede, putri, dan gunung salak. Kami pun segera
mendirikan tenda karena dingin sudah mulai datang. Di dalam tenda, seperti
biasa kami membuat susu hangat dan memasak dalam tenda untuk mengatur suhu
dalam tenda. Tenda pun hangat, setelah itu kami makan dan bersenda gurau. Lalu
kami semua terlelap di atas ketinggian 3019mdpl.
17 juni 2012,
puncak pangrango. Pagi pagi kami semua terbangun. Beberapa di antara kami
dengan semangat nya keluar tenda untuk melihat keindahan sunrise, sementara
yang masih kedinginan lebih memilih untuk mengahangatkan tubuh dalam tenda.
Sang mentari mulai
meninggi. Di puncak gunung ini kami memilih makanan yang istimewa. Kami sepakat
untuk memasak spaghetti sesuai rencana awal. Sedang nikmat nikmatnya menyantap
spaghetti, 6 orang pendaki lain sampai di puncak juga. Beberapa dari kami
mengobrol, dan diajak ke padang edelweiss. Kami sepakat untuk kesana setelah
makan.
Kami pun berlarian
menuruni puncak. Tidak sampai 10 menit kami tiba di tengah lembah di sebuah
padang edelweiss. Edelweiss, bunga cantik yang abadi ini dilindungi di puncak
pangrango. Sebab ia hanya tumbuh di ketinggian tertentu saja. Selain itu serbuk
edelweiss hanya akan tumbuh pada lumut tertentu pula. Itulah mengapa di
pangrango ini para pendaki dilarang memetik edelweiss. Selain itu kami pendaki
juga dilarang membuat api unggun karena bisa menyebabkan kebakaran pada padang
edelweiss ini.
Sambil melihat
indahnya pemandangan, kami menikmati buah arbei yang kami petik. Setelah
berfoto, kami packing untuk kembali menuruni puncak.
Kami puas menikmati indahnya ketinggian
3019mdpl dan bersyukur di beri kesempatan dan keselamatan hingga kami dapat
bermalam di puncak pangrango.
Comments
Post a Comment